Bukti Kebesaran Allah SWT di Palestina
Gaza, itulah nama hamparan tanah yang luasnya
tidak lebih dari 360 km persegi. Berada di Palestina Selatan, “terjepit” di
antara tanah yang dikuasai penjajah Zionis Israel, Mesir, dan laut Mediterania,
serta dikepung dengan tembok di sepanjang daratannya.
Gaza Strip War
Sudah
lama Israel “bernafsu” menguasai wilayah ini. Namun, jangankan menguasai, untuk
bisa masuk ke dalamnya saja Israel sangat kesulitan.
Sudah
banyak cara yang mereka lakukan untuk menundukkan kota kecil ini.
Blokade rapat yang membuat rakyat Gaza kesulitan memperoleh bahan makanan, obat-obatan, dan energi, telah dilakukan sejak 2006 hingga kini. Namun, penduduk Gaza tetap bertahan, bahkan perlawanan Gaza atas penjajahan Zionis semakin menguat.
Blokade rapat yang membuat rakyat Gaza kesulitan memperoleh bahan makanan, obat-obatan, dan energi, telah dilakukan sejak 2006 hingga kini. Namun, penduduk Gaza tetap bertahan, bahkan perlawanan Gaza atas penjajahan Zionis semakin menguat.
Akhirnya
Israel melakukan serangan “habis-habisan” ke wilayah ini sejak 27 Desember 2008
hingga 18 Januari 2009. Mereka”mengguyurkan” ratusan ton bom dan mengerahkan
semua kekuatan hingga pasukan cadangannya. Namun, sekali lagi, negara yang tergolong memiliki
militer terkuat di dunia ini harus mundur dari Gaza.
Gaza’s Victims
Di atas
kertas, kemampuan senjata AK 47, roket anti tank RPG, ranjau, serta beberapa
jenis roket buatan lokal yang biasa dipakai para mujahidin Palestina, tidak
akan mampu menghadapi pasukan Israel yang didukung tank Merkava yang dikenal
terhebat di dunia. Apalagi menghadapi pesawat tempur canggih F-16, heli
tempur Apache, serta ribuan ton “bom canggih” buatan Amerika Serikat.
Israel Soldiers
Akan tetapi di sana ada “kekuatan lain” yang
membuat para mujahidin mampu membuat “kaum penjajah” itu hengkang dari Gaza
dengan muka tertunduk, walau hanya dengan berbekal senjata-senjata “kuno”. Itulah pertolongan Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada para pejuangnya yang taat dan ikhlas.
Kisah tentang munculnya “pasukan lain” yang
ikut bertempur bersama para mujahidin, semerbak harum jasad para syuhada, serta
beberapa peristiwa “aneh” lainnya selama pertempuran, telah beredar di kalangan
masyarakat Gaza, ditulis para jurnalis, bahkan disiarkan para khatib Palestina
di khutbah-khutbah Jumat mereka.
Berikut ini adalah rangkuman kisah-kisah “ajaib” tersebut dari berbagai sumber untuk kita ingat dan renungkan.
Berikut ini adalah rangkuman kisah-kisah “ajaib” tersebut dari berbagai sumber untuk kita ingat dan renungkan.
Pasukan “Berseragam Putih” di Gaza
Ada “pasukan lain” membantu para mujahidin
Palestina. Pasukan Israel sendiri mengakui adanya pasukan berseragam putih itu. Suatu hari di penghujung Januari
2009, sebuah rumah milik keluarga Dardunah yang berada di antara Jabal Al
Kasyif dan Jabal Ar Rais, tepatnya di jalan Al Qaram, didatangi oleh sekelompok
pasukan Israel.
Seluruh anggota keluarga diperintahkan duduk di
sebuah ruangan. Salah satu anak laki-laki diinterogasi mengenai ciri-ciri para
pejuang al-Qassam. Saat diinterogasi, sebagaimana ditulis situs Filisthin Al Aan
(25/1/2009), mengutip cerita seorang mujahidin al-Qassam, laki-laki itu
menjawab dengan jujur bahwa para pejuang al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam.
Akan tetapi tentara itu malah marah dan memukulnya hingga laki-laki malang itu
pingsan.
Selama tiga hari berturut-turut, setiap
ditanya, laki-laki itu menjawab bahwa para pejuang al-Qassam memakai seragam
hitam. Akhirnya, tentara itu naik pitam dan mengatakan dengan keras, “Wahai
pembohong! Mereka itu berseragam putih!”
Cerita lain yang disampaikan penduduk Palestina di situs milik Brigade Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya “pasukan lain” yang tidak dikenal. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok pasukan Israel. Sopirnya ditanya apakah dia berasal dari kelompok Hamas atau Fatah? Sopir malang itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana. Saya cuma sopir ambulan.”
Akan tetapi tentara Israel itu masih bertanya, “Pasukan yang berpakaian putih-putih di belakangmu tadi, masuk kelompok mana?” Si sopir pun kebingungan, karena ia tidak melihat seorangpun yang berada di belakangnya. “Saya tidak tahu,” jawaban satu-satunya yang ia miliki.
Cerita lain yang disampaikan penduduk Palestina di situs milik Brigade Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya “pasukan lain” yang tidak dikenal. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok pasukan Israel. Sopirnya ditanya apakah dia berasal dari kelompok Hamas atau Fatah? Sopir malang itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana. Saya cuma sopir ambulan.”
Akan tetapi tentara Israel itu masih bertanya, “Pasukan yang berpakaian putih-putih di belakangmu tadi, masuk kelompok mana?” Si sopir pun kebingungan, karena ia tidak melihat seorangpun yang berada di belakangnya. “Saya tidak tahu,” jawaban satu-satunya yang ia miliki.
Suara Tak Bersumber
Ada lagi kisah karamah mujahidin yang kali ini
disebutkan oleh khatib masjid Izzuddin Al Qassam di wilayah Nashirat Gaza yang
telah ditayangkan oleh TV channel Al Quds, yang juga ditulis oleh Dr Aburrahman
Al Jamal di situs Al Qassam dengan judul Ayaat Ar Rahman fi Jihad Al Furqan
(Ayat-ayat Allah dalam Jihad Al Furqan).
Sang khatib bercerita, seorang pejuang telah menanam sebuah ranjau yang telah disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui jalan tersebut.
“Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan disertai tank-tank yang beriringan menuju jalan tempat saya menanam ranjau,” kata pejuang tadi.
Sang khatib bercerita, seorang pejuang telah menanam sebuah ranjau yang telah disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui jalan tersebut.
“Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan disertai tank-tank yang beriringan menuju jalan tempat saya menanam ranjau,” kata pejuang tadi.
Akhirnya, sang pejuang memutuskan untuk kembali
ke markas karena mengira ranjau itu tidak akan bekerja optimal. Maklum, jumlah
musuh amat banyak.
Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara “Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di tempat maka Allah menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak tiga kali.
“Saya mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya. Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada seorang pun yang bersama saya,” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.
Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara “Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di tempat maka Allah menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak tiga kali.
“Saya mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya. Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada seorang pun yang bersama saya,” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.
Akhirnya sang mujahid memutuskan untuk tetap
berada di lokasi. Ketika sebuah tank melewati ranjau yang tertanam, sesualu
yang “ajaib” terjadi. Ranjau itu justru meledak amat dahsyat. Tank yang berada
di dekatnya langsung hancur. Banyak serdadu Israel meninggal seketika. Sebagian
dari mereka harus diangkut oleh helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam
keadaan selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui lidah khatib.
Cerita yang disampaikan oleh seorang penulis
Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah
sebelumnya. Abu Mujahid, salah seorang pejuang yang melakukan ribath (berjaga)
mengatakan,
“Ketika saya mengamati gerakan tank-tank di
perbatasan kota, dan tidak ada seorang pun di sekitar, akan tetapi saya
mendengar suara orang yang bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba
untuk memastikan asal suara itu, akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak
keluar kecuali dari bebatuan dan pasir.”
Cerita mengenai “pasukan tidak dikenal” juga
datang dari seorang penduduk rumah susun wilayah Tal Islam yang handak
mengungsi bersama keluarganya untuk menyelamatkan diri dari serangan Israel.
Di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang
menangis. “Kenapa kalian menangis?” tanyanya.
“Kami menangis bukan karena khawatir keadaan
diri kami atau takut dari musuh. Kami menangis karena bukan kami yang
bertempur. di sana ada kelompok lain yang bertempur memporak-porandakan musuh,
dan kami tidak tahu dari mana mereka datang,” jawabnya.
Saksi Serdadu Israel
Cerita tentang “serdadu berseragam putih” tak
hanya diungkap oleh mujahidin Palestina atau warga Gaza. Beberapa personel
pasukan Israel sendiri menyatakan hal serupa.
Situs al-Qassam memberitakan bahwa TV Channel
10 milik Israel telah menyiarkan seorang anggota pasukan yang ikut serta dalam
pertempuran Gaza dan kembali dalam keadaan buta.
“Ketika saya berada di Gaza, seorang tentara
berpakaian putih mendatangi saya dan menaburkan pasir di mata saya, hingga saat
itu juga saya buta,” kata anggota pasukan ini.
Di tempat lain ada serdadu Israel yang
mengatakan mereka pernah berhadapan dengan “hantu”. Mereka tidak diketahui dari
mana asalnya, kapan munculnya, dan ke mana menghilangnya.
Masih dari Channel 10, seorang Lentara Israel
lainnya mengatakan, “Kami berhadapan dengan pasukan berbaju putih-putih dengan
jenggot panjang. Kami tembak dengan senjata, akan tetapi mereka tidak mati.
Cerita ini menggelitik banyak pemirsa. Mereka bertanya
kepada Channel 10, siapa sebenarnya pasukan berseragam putih itu?
Sudah Meledak, Ranjau Masih Utuh
Di saat para mujahidin terjepit, hewan-hewan
dan alam tiba-tiba ikut membantu, bahkan menjelma menjadi sesuatu yang
menakutkan.
Sebuah kejadian “aneh” terjadi di Gaza Selatan,
tepatnya di daerah Al Maghraqah. Saat itu para mujahidin sedang memasang
ranjau. di saat mengulur kabel, tiba-tiba sebuah pesawat mata-mata Israel
memergoki mereka. Bom pun langsung jatuh ke lokasi itu.
Untunglah para mujahidin selamat. Namun, kabel
pengubung ranjau dan pemicu yang tadi hendak disambung menjadi terputus. Tidak
ada kesempatan lagi untuk menyambungnya, karena pesawat masih berputar-putar di
atas.
Tak lama kemudian, beberapa tank Israel
mendekati lokasi di mana ranjau-ranjau tersebut ditanam. Tak sekadar lewat,
tank-tank itu malah berhenti tepat di atas peledak yang sudah tak berfungsi
itu.
Apa daya, kaum Mujahidin tak bisa berbuat
apa-apa. Kabel ranjau jelas tak mungkin disambung, sementara tank-tank Israel
telah berkumpul persis di atas ranjau.
Mereka merasa amat sedih, bahkan ada yang menangis ketika melihat pemandangan itu. Sebagian yang lain berdoa, “allahumma kama lam tumakkinna minhum, allahumma la tumakkin lahum,” yang maknanya, “Ya Allah, sebagaimana engkau tidak memberikan kesempatan kami menghadapi mereka, jadikanlah mereka juga lidak memiliki kesempatan serupa.”
Mereka merasa amat sedih, bahkan ada yang menangis ketika melihat pemandangan itu. Sebagian yang lain berdoa, “allahumma kama lam tumakkinna minhum, allahumma la tumakkin lahum,” yang maknanya, “Ya Allah, sebagaimana engkau tidak memberikan kesempatan kami menghadapi mereka, jadikanlah mereka juga lidak memiliki kesempatan serupa.”
Tiba-tiba, ketika fajar tiba, terjadilah
keajaiban. Terdengar ledakan dahsyat persis di lokasi penanaman ranjau yang
tadinya tak berfungsi.
Setelah Tentara Israel pergi dengan membawa
kerugian akibat ledakan lersebut, para mujahidin segera melihal lokasi ledakan.
Sungguh aneh, ternyata seluruh ranjau yang telah mereka tanam itu masih utuh.
Dari mana datangnva ledakan? Wallahu a’lam.
Masih dari wilayah Al Maghraqah. Saat pasukan Israel menembakkan artileri ke salah satu rumah, hingga rumah itu terbakar dan api menjalar ke rumah sebelahnya, para mujahidin dihinggapi rasa khawatir jika api itu semakin tak terkendali.
Masih dari wilayah Al Maghraqah. Saat pasukan Israel menembakkan artileri ke salah satu rumah, hingga rumah itu terbakar dan api menjalar ke rumah sebelahnya, para mujahidin dihinggapi rasa khawatir jika api itu semakin tak terkendali.
Seorang dari mujahidin itu lalu berdoa, ”Wahai
Dzat yang merubah api menjadi dingin dan tidak membahayakan untuk Ibrahim,
padamkanlah api itu dengan kekuatan-Mu.”
Maka, tidak lebih dari tiga menit, api pun padam. Para niujahidin menangis terharu karena mereka merasa Allah Subhanuhu wa Ta’ala (SWT) telah memberi pertolongan dengan terkabulnya doa mereka dengan segera.
Maka, tidak lebih dari tiga menit, api pun padam. Para niujahidin menangis terharu karena mereka merasa Allah Subhanuhu wa Ta’ala (SWT) telah memberi pertolongan dengan terkabulnya doa mereka dengan segera.
Merpati dan Anjing
Seorang mujahid Palestina menuturkan kisah
“aneh” lainnya kepada situs Filithin Al Aan (25/1/ 2009). Saat bertugas di
wilayah Jabal Ar Rais, sang mujahid melihat seekor merpati terbang dengan suara
melengking, yang melintas sebelum rudal-rudal Israel berjatuhan di wilayah itu.
Para mujahidin yang juga melihat merpati itu
langsung menangkap adanya isyarat yang ingin disampaikan sang merpati.
Begitu merpali itu melintas, para mujahidin
langsung berlindung di tempat persembunyian mereka. Ternyata dugaan mereka
benar. Selang beberapa saat kemudian bom-bom Israel datang menghujan. Para
mujahidin itu pun selamat.
Adalagi cerita “keajaiban” mengenai seekor
anjing, sebagaimana diberitakan situs Filithin Al Aan. Suatu hari, tatkala
sekumpulan mujahidin Al Qassam melakukan ribath di front pada tengah malam,
tiba-tiba muncul seekor anjing militer Israel jenis doberman. Anjing itu
kelihatannya memang dilatih khusus untuk membantu pasukan Israel menemukan
tempat penyimpanan senjata dan persembunyian para mujahidin.
Anjing besar ini mendekat dengan menampakkan
sikap tidak bersahabat. Salah seorang mujahidin kemudian mendekati anjing itu
dan berkata kepadanya, “Kami adalah para mujahidin di jalan Allah dan kami
diperintahkan untuk tetap berada di tempat ini. Karena itu, menjauhlah dari
kami, dan jangan menimbulkan masalah untuk kami.”
Setelah itu, si anjing duduk dengan dua
tangannya dijulurkan ke depan dan diam. Akhirnya, seorang mujahidin yang lain
mendekatinya dan memberinya beberapa korma. Dengan tenang anjing itu memakan
korma itu, lalu beranjak pergi.
Kabut pun Ikut Membantu
Ada pula
kisah menarik yang disampaikan oleh komandan lapangan Al Qassam di kamp
pengungsian Nashirat, langsung setelah usai shalat dhuhur di masjid Al Qassam
(17/1/2009).
Saat itu sekelompok mujahidin yang melakukan
ribath di Tal Ajul terkepung oleh tank-tank Israel dan pasukan khusus mereka.
Dari atas, pesawat mata-mata terus mengawasi.
Di saat posisi para mujahidin terjepit, kabut
tebal tiba-tiba turun di malam itu. Kabut itu lelah menutupi pandangan mata
tentara Israel dan membantu pasukan mujahidin keluar dari kepungan.
Kasus serupa diceritakan oleh Abu Ubaidah.
salah satu pemimpin lapangan Al Qassam, sebagaimana ditulis situs
almesryoon.com (sudah tidak bisa diakses lagi). la bercerita bagaimana kabut
tebal tiba-tiba turun dan membatu para mujahidin untuk melakukan serangan.
Awalnya, pasukan mujahiddin tengah menunggu
waktu yang tepat untuk mendekati tank-tank tentara Israel guna meledakkannya.
“Tak lupa kami berdoa kepada Allah agar dimudahkan untuk melakukan serangan
ini,” kata Abu Ubaidah.
Tiba-tiba turunlah kabut tebal di tempat tersebut. Pasukan mujahidin segera bergerak menyelinap di antara tank-tank, menanam ranjau-ranjau di dekatnya, dan segera meninggalkan lokasi tanpa diketahui pesawat mata-mata yang memenuhi langit Gaza, atau oleh pasukan infantri Israel yang berada di sekitar kendaraan militer itu. Lima tentara Israel tewas di tempat dan puluhan lainnya luka-luka setelah ranjau-ranjau itu meledak.
Tiba-tiba turunlah kabut tebal di tempat tersebut. Pasukan mujahidin segera bergerak menyelinap di antara tank-tank, menanam ranjau-ranjau di dekatnya, dan segera meninggalkan lokasi tanpa diketahui pesawat mata-mata yang memenuhi langit Gaza, atau oleh pasukan infantri Israel yang berada di sekitar kendaraan militer itu. Lima tentara Israel tewas di tempat dan puluhan lainnya luka-luka setelah ranjau-ranjau itu meledak.
Selamat Dengan
al-Qur’an
Cerita ini bermula ketika salah seorang pejuang
yang menderita luka memasuki rumah sakit As Syifa’. Seorang dokter yang
memeriksanya kaget ketika mengelahui ada sepotong proyektil peluru bersarang di
saku pejuang tersebut.
Yang membuat ia sangat kaget adalah timah panas itu gagal menembus jantung sang pejuang karena terhalang oleh sebuah buku doa dan mushaf al-Qur’an yang selalu berada di saku sang pejuang.
Yang membuat ia sangat kaget adalah timah panas itu gagal menembus jantung sang pejuang karena terhalang oleh sebuah buku doa dan mushaf al-Qur’an yang selalu berada di saku sang pejuang.
Buku kumpulan doa itu berlobang, namun hanya
sampul muka mushaf itu saja yang rusak, sedangkan proyektil sendiri bentuknya
sudah “berantakan”.
Kisah ini disaksikan sendiri oleh Dr Hisam Az Zaghah, dan diceritakannya saat Festival Ikatan Dokter Yordan sebagaimana ditulis situs partai Al Ikhwan Al Muslimun (23/1/2009).
Dr. Hisam juga memperlihatkan bukti berupa sebuah proyektil peluru, mushaf Al Qur’an, serta buku kumpulan doa-doa berjudul Hishnul Muslim yang menahan peluru tersebut.
Abu Ahid, imam Masjid AnNur di Hay As Syeikh Ridzwan, juga punya kisah menarik.
Kisah ini disaksikan sendiri oleh Dr Hisam Az Zaghah, dan diceritakannya saat Festival Ikatan Dokter Yordan sebagaimana ditulis situs partai Al Ikhwan Al Muslimun (23/1/2009).
Dr. Hisam juga memperlihatkan bukti berupa sebuah proyektil peluru, mushaf Al Qur’an, serta buku kumpulan doa-doa berjudul Hishnul Muslim yang menahan peluru tersebut.
Abu Ahid, imam Masjid AnNur di Hay As Syeikh Ridzwan, juga punya kisah menarik.
Sebelumnya, Israel telah menembakkan 3 rudalnya
ke masjid itu hingga tidak tersisa kecuali hanya puing-puing bangunan. “Akan
tetapi mushaf-mushaf Al Quran tetap berada di tampatnya dan tidak tersentuh apa-apa,”
ucapnya seraya tak henti bertasbih.
“Kami temui beberapa mushaf yang terbuka tepat
di ayat-ayat yang mengabarkan tentang kemenangan dan kesabaran, seperti firman
Allah, ‘Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada
orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka
berkata, sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami
kembali,”(Al-Baqarah [2]: 155-156),” jelas Abu Ahid sebagaimana dikutip Islam
Online (15/1/2009).
Harum Jasad Para Syuhada
Abdullah As Shani adalah anggota kesatuan
sniper (penembak jitu) al-Qassam yang menjadi sasaran rudal pesawat F-16 Israel
ketika sedang berada di pos keamanan di Nashirat, Gaza.
Jasad komandan lapangan al-Qassam dan pengawal
khusus para tokoh Hamas ini “hilang” setelah terkena rudal. Selama dua hari
jasad tersebut dicari, ternyata sudah hancur tak tersisa kecuali serpihan
kepala dan dagunya. Serpihan-serpihan tubuh itu kemudian dikumpulkan dan dibawa
pulang ke rumah oleh keluarganya untuk dimakamkan.
Sebelum dikebumikan, sebagaimana dirilis situs syiria-aleppo.com (24/1/2009), serpihan jasad tersebut sempat disemayamkan di sebuah ruangan di rumah keluarganya. Beberapa lama kemudian, mendadak muncul bau harum misk dari ruangan penyimpanan serpihan tubuh tadi.
Sebelum dikebumikan, sebagaimana dirilis situs syiria-aleppo.com (24/1/2009), serpihan jasad tersebut sempat disemayamkan di sebuah ruangan di rumah keluarganya. Beberapa lama kemudian, mendadak muncul bau harum misk dari ruangan penyimpanan serpihan tubuh tadi.
Keluarga Abdullah As Shani’ terkejut lalu
memberitahukan kepada orang-orang yang mengenal sang pejuang yang memiliki
kuniyah (julukan) Abu Hamzah ini.
Lalu, puluhan orang ramai-ramai mendatangi rumah tersebut untuk mencium bau harum yang berasal dari serpihan-serpihan tubuh yang diletakkan dalam sebuah kantong plastik.
Lalu, puluhan orang ramai-ramai mendatangi rumah tersebut untuk mencium bau harum yang berasal dari serpihan-serpihan tubuh yang diletakkan dalam sebuah kantong plastik.
Bahkan, menurut pihak keluarga, 20 hari setelah
wafatnya pria yang tak suka menampakkan amalan-amalannya ini, bau harum itu
kembali semerbak memenuhi rungan yang sama.
Cerita yang sama terjadi juga pada jenazah Musa
Hasan Abu Nar, mujahid Al Qassam yang juga syahid karena serangan udara Israel
di Nashiriyah. Dr Abdurrahman Al Jamal, penulis yang bermukim di Gaza, ikut
mencium bau harum dari sepotong kain yang terkena darah Musa Hasan Abu Nar.
Walau kain itu telah dicuci berkali-kali, bau itu tetap semerbak.
Ketua Partai Amal Mesir, Majdi Ahmad Husain,
menyaksikan sendiri harumnya jenazah para syuhada. Sebagaimana dilansir situs
Al Quds Al Arabi (19/1/2009), saat masih berada di Gaza, ia menyampaikan, “Saya
telah mengunjungi sebagian besar kota dan desa-desa. Saya ingin melihat
bangunan-bangunan yang hancur karena serangan Israel. Percayalah, bahwa saya
mencium bau harumnya para syuhada.”
Dua Pekan Wafat, Darah Tetap Mengalir
Yasir Ali Ukasyah sengaja pergi ke Gaza dalam
rangka bergabung dengan sayap milisi pejuang Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam.
Ia meninggalkan Mesir setelah gerbang Rafah, yang menghubungkan Mesir-Gaza,
terbuka beberapa bulan lalu.
Sebelumnya, pemuda yang gemar menghafal
al-Qur’an ini sempat mengikuti wisuda huffadz (para penghafal) al-Qur’an di
Gaza dan bergabung dengan para mujahidin untuk memperoleh pelatihan militer.
Sebelum masuk Gaza, di pertemuan akhir dengan salah satu sahabatnya di Rafah,
ia meminta didoakan agar memperoleh kesyahidan.
Untung tak dapat ditolak, malang tak dapat diraih, di bumi jihad Gaza, ia telah memperoleh apa yang ia cita-citakan. Yasir syahid dalam sebuah pertempuran dengan pasukan Israel di kamp pengungsian Jabaliya.
Untung tak dapat ditolak, malang tak dapat diraih, di bumi jihad Gaza, ia telah memperoleh apa yang ia cita-citakan. Yasir syahid dalam sebuah pertempuran dengan pasukan Israel di kamp pengungsian Jabaliya.
Karena kondisi medan, jasadnya baru bisa
dievakuasi setelah dua pekan wafatnya di medan pertempuran tersebut.
Walau sudah dua pekan meninggal, para pejuang
yang ikut serta melakukan evakuasi menyaksikan bahwa darah segar pemuda berumur
21 tahun itu masih mengalir dan fisiknya tidak rusak. Kondisinya mirip seperti
orang yang sedang tertidur.
Sebelum syahid, para pejuang pernah menawarkan kepadanya untuk menikah dengan salah satu gadis Palestina, namun ia menolak. “Saya meninggalkan keluarga dan tanah air dikarenakan hal yang lebih besar dari itu,” jawabnya.
Sebelum syahid, para pejuang pernah menawarkan kepadanya untuk menikah dengan salah satu gadis Palestina, namun ia menolak. “Saya meninggalkan keluarga dan tanah air dikarenakan hal yang lebih besar dari itu,” jawabnya.
Kabar tentang kondisi jenazah pemuda yang
memiliki kuniyah Abu Hamzah beredar di kalangan penduduk Gaza. Para khatib juga
menjadikannya sebagai bahan khutbah Jumat mereka atas tanda-tanda keajaiban
perang Gaza. Cerita ini juga dimuat oleh Arab Times (7/2/ 2009)
Terbunuh 1.000, Lahir 3.000
Hilang seribu, tumbuh tiga ribu. Sepertinya,
ungkapan ini cocok disematkan kepada penduduk Gaza. Kesedihan rakyat Gaza atas
hilangnya nyawa 1.412 putra putrinya, terobati dengan lahirnya 3.700 bayi
selama 22 hari gempuran Israel terhadap kota kecil ini.
Hamam Nisman, direktur dinas Hubungan Sosial
dalam Kementerian Kesehatan pemerintahan Gaza menyatakan bahwa dalam 22 hari
3.700 bayi lahir di Gaza. “Mereka lahir antara tanggal 27 Desember 2008 hingga
17 Januari 2009, ketika Israel melakukan serangan yang menyebabkan meninggalnya
1.412 rakyat Gaza, yang mayoritas wanita dan anak-anak,” katanya.
Bulan Januari tercatat sebagai angka kelahiran
tertinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. “Setiap tahun 50 ribu kasus
kelahiran tercatat di Gaza. Dan, dalam satu bulan tercatat 3.000 hingga 4.000
kelahiran. Akan tetapi di masa serangan Israel 22 hari, kami mencatat 3.700 kelahiran
dan pada sisa bulan Januari tercatat 1.300 kelahiran. Berarti dalam bulan
Januari terjadi peningkatan kelahiran hingga 1.000 kasus.
Rasio antara kematian dan kelahiran di Gaza
memang tidak sama. Angka kelahiran, jelasnya lagi, mencapai 50 ribu tiap tahun,
sedang kematian mencapai 5 ribu.
“Israel sengaja membunuh para wanita dan
anak-anak untuk menghapus masa depan Gaza. Sebanyak 440 anak-anak dan 110
wanita telah dibunuh dan 2.000 anak serta 1.000 wanita mengalami luka-luka.